“Hidangan Nasi Ruah disajikan dengan cara yang unik. Nasi putih yang masih hangat ditata di atas daun pisang yang sudah dilayukan”
AKTUALNEWS.NET | Pidie – Setiap tahun, ketika bulan Maulid tiba, suasana di Kabupaten Pidie terasa begitu meriah. Lantunan doa dan sholawat terdengar di seluruh penjuru kampung, disertai semerbak aroma masakan yang menggugah selera. Namun, di balik kemeriahan tersebut, ada satu tradisi kuliner yang paling dinantikan oleh masyarakat Pidie yaitu Nasi Ruah.
Nasi Ruah bukan sekadar hidangan biasa. Ia membawa makna kebersamaan dan menjadi simbol ikatan sosial yang kuat di tengah-tengah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Di balik kesederhanaannya, Kuliner ini menyimpan cerita tentang tradisi, kekeluargaan, dan rasa yang melekat di hati setiap warga Pidie.
Menyelami Kelezatan Nasi Ruah
Hidangan Nasi Ruah disajikan dengan cara yang unik. Nasi putih yang masih hangat ditata di atas daun pisang yang sudah dilayukan.
Di atas nasi, aneka lauk-pauk ditaburkan secara merata mulai dari daging ayam, ikan, mie goreng, hingga beberapa sayur khas daerah. Daun pisang yang digunakan memberikan aroma khas yang menambah kenikmatan rasa.
Apa yang membuat Nasi Ruah begitu istimewa adalah cara menyantapnya. Masyarakat Pidie biasanya duduk bersama di sekitar hamparan dekat hidangan ini, tanpa ada pembatas, menyantap langsung dari daun pisang.
Tidak ada piring atau sendok yang digunakan semua dilakukan dengan tangan, menjadikan pengalaman makan ini terasa lebih dekat dan hangat.
Makna Kebersamaan dalam Setiap Suapan
Dalam tradisi makan Nasi Ruah, setiap orang duduk bersila dan makan bersama. Tidak ada pembagian kelas atau status sosial, semua menikmati hidangan yang sama.
Ini adalah momen di mana seluruh masyarakat, dari berbagai latar belakang, duduk sejajar, berbagi makanan, dan menghidupkan kembali rasa persaudaraan yang erat.
Tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya berbagi, gotong royong, dan menjaga keharmonisan sosial di tengah masyarakat.
Nasi Ruah, Simbol Tradisi yang Tetap Bertahan
Di era modern seperti sekarang, banyak tradisi yang mulai pudar, namun kuliner satu ini tetap bertahan.
Setiap perayaan Maulid, hidangan ini terus menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual yang ada. Tidak hanya warga Pidie yang menantikan momen ini, tetapi juga mereka yang datang dari luar daerah ikut merasakan kehangatan tradisi ini.
Bagi pendatang atau tamu yang baru pertama kali mencicipi hidangan ini, pengalaman ini akan meninggalkan kesan mendalam. Sensasi makan dari daun pisang, dengan kombinasi lauk-pauk yang beragam, tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga menghadirkan pengalaman kuliner yang otentik dan penuh makna.
Warisan Budaya yang Hidup
Nasi Ruah adalah salah satu dari sedikit tradisi yang tetap hidup di tengah arus modernisasi.
Ini bukan hanya soal makanan, tetapi juga tentang merawat nilai-nilai kebersamaan yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam setiap suapan Nasi Ruah, terkandung cerita panjang tentang bagaimana masyarakat Pidie menjaga identitas budaya mereka, sekaligus mengajarkan kepada generasi muda pentingnya melestarikan tradisi.
Setiap kali perayaan Maulid tiba, Nasi Ruah akan terus menjadi sajian kuliner yang dinanti, serta menghidupkan rasa kebersamaan dan semangat persaudaraan.
Baca Juga: Expo PON XXI Sambut Maulid Nabi dengan 1.200 Nasi Kotak bagi Pengunjung






